Sunday, August 28, 2016

Jalan-jalan ke Melbourne, Australia: Last Day



Hari Terakhir Jalan-jalan di Melbourne

          Hari Sabtu adalah hari terakhir kami di Melbourne. Karena penerbangan kami jam 13.00, kami putuskan untuk mengunjungi Shrine of Remembrance yang berada berdampingan dengan Victoria Botanical Garden. Kalau saya perhatikan dari peta, tempat itu sangat dekat dengan tempat kami menginap. 




          Kami keluar rumah jam 06.30 pagi. Di luar sudah cukup terang namun sedikit gerimis.  Saya siap dengan  payung. Saya berjalan berjalan kaki dari Kavanagh Street menuju ke St. Kilda Road. Dari jauh sudah terlihat Shrine of Remembrance.   Shrine of Remembrance merupakan tugu untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan Australia. Tugu itu memiliki taman yang luas dan indah. Karena masih pagi, saya tidak masuk karena masih tutup, tapi saya cukup puas foto-foto di taman dan di luar bangunannya. Saya lihat plang bertuliskan Education Center. Satu hal yang saya kagumi dari Australia, bahwa pemerintahnya sangat memperhatikan pendidikan, sehingga semua tempat ada Education center-nya. 






          Setelah puas melihat-lihat bagian luar Shrine of Remembrance, saya berjalan menuju Royal Botanic Garden of Victoria. Gerimis sudah berhenti dari tadi dan mulai banyak warga Melbourne yang berolah raga, ada yang bersepeda dan lari pagi. Dalam udara yang menurut saya sangat dingin, mereka berolah raga hanya dengan atasan kaos dan bercelana pendek. Sedangkan saya memakai jaket tebal, dengan celana panjang, berkaos kaki dan bersarung tangan.  


 
          Saya menemukan pintu masuk ke Royal Botanic Garden of Victoria. Saya masuk dan menemukan pemandangan yang luar biasa indah. Pohon-pohon, semak-semaknya sangat berbeda dengan tanaman yang biasa saya temui di Indonesia. Semua tanaman itu tertata rapi dan sangat terawat. Saya berpikir apakah surga seperti ini? Karena saya sudah merasa seperti di surga. Begitu sejuk, indah, dengan tanaman yang berwarna-warni. Saya ingin sekali berlama-lama di tempat ini, tapi saying sekali sudah harus kembali karena tanpa terasa sudah hampir jam 10. Saya bergegas berjalan kembali ke Kavanagh St. 
 
 
           Jam 11.00 kami naik taxi ke bandara Melbourne. Bu Etty, tuan rumah kami, memesankan taxi untuk kami melalui telepon. Kami sangat beruntung bisa menginap di tempat Bu Etty yang lokasinya sangat strategis di pusat kota. Di bandara kami sempat makan siang dulu sebelum naik ke pesawat.
Pengalaman jalan-jalan ke Melbourne sangat inspiratif dan edukatif bagi kami. Ada banyak yang dapat kami terapkan pada saat kami kembali di tanah air, di Sekolah Alam Cikeas. Kami  berharap pemerintah Indonesia dapat mencontoh beberapa yang dilakukan pemerintah Australia, khususnya Melbourne menyangkut kesejahteraan masyarakat dan pendidikan. Semoga bangsa Indonesia bisa sejahtera dan kotaa-kota di Idonesia juga nyaman seperti di Melbourne.

Jalan-jalan ke Melbourne, Australia: Day 7



Hari ke 7 Jalan-jalan di Melbourne

          Di hari ke 7, hari Jum’at kami mengunjungi sekolah SD yang sangat unik di Melbourne. Nama sekolahnya Woorana Park Primary School yang terletak di North Dandenong. Kami diantar oleh Ibu Ningsih dengan mobilnya. Kami sampai di sekolah itu sekitar jam 10.30 Setelah memarkir kendaraan, kami masuk menuju lobby. Di lobby terpampang sebuah boneka raksasa, yang tingginya kira-kira 3 meter,  berbentuk tubuh bayi yang berdiri dan tersenyum. Setelah kami mendekat, barulah kami dapat mengenali bahwa boneka itu terbuat dari botol minuman yang diwarnai, digunting-gunting, bagian tutupnya dipasang foto anak-anak yang mungkin mewarnai botol-botol tersebut. Sangat menarik!.
 

          Setelah puas mengamati boneka tersebut, kami bertanya ke resepsionis, dan menyampaikan bahwa kami sudah berjanji bertemu dengan Ray Trotter, kepala sekolahnya. Tak begitu lama menunggu, Ray datang menyambut kami dan mengajak kami bergabung dengan dua kelompok tamu lainnya yang sudah datang terlebih dahulu. Lalu Ray menyalakan proyektor dan menjelaskan ke kami tentang sekolah Woorana Park Primary School. Lalu Ray menyajikan teh dan biskuit. Ray sendiri yang mengambilkan gelas untuk kami. 





          Berikutnya kami berkeliling sekolah ditemani oleh dua orang siswa kelas 6, perempuan bernama Kohoe dan siswa kelas 5, anak laki-laki bernama Daniel. Kohoe adalah School captain, dan Daniel bercita-cita untuk menjadi School captain di tahun depan. Ruang-ruang kelas di Woorana sama sekali tidak seperti ruang kelas di Indonesia pada umumnya. Petama kami diajak melihat ruang kelas 6 yang menjadi ruang kelas Kohoe. Tidak ada dinding dan pintu yang membatasi ruangan tersebut dengan lorong. Di tengah kelas ada sofa berbentuk setengah lingkaran berwarna merah dengan banyak bangku-bangku berbentuk lingkaran. Ada beberapa meja yang disusun dengan kursinya. Ada sofa yang kelihatan nyaman di sudut ruangan. Ada lantai kelas yang lebih tinggi dua tangga  dengan dua meja juga tersusun di atasnya. Ada loker siswa. Ada poster yang dipajang yang merupakan instruksi dari  guru, yaitu tugas menulis narasi dengan petujuk langkah-langkah yang harus dilakukan siswa. Kami diajak melihat-lihat perpustakaan, ruang kelas 3 dan 4 yang ada perahu naga di dalamnya, ruang kelas 5 yang ada space ship, ruang kelas 1 yang ada bioskop mininya. Di sepanjang dinding-dinding yang kami lewati terpampang hasil prakarya dan pembelajaran siswa yang besar-besar juga dipajang nilai-nilai yang ditanamkan ke siswa pada setiap level.  Daniel dan dan Kohue juga mengajak kami melihat-lihat Green lab mereka, dengan koleksi tanaman dan binatang peliharaan mereka. 

 
 
        
          Sekolah ini luar biasa. Saya merasa seperti anak kecil yang dibawa ke toko mainan, bingung dan senang, karena semua yang saya lihat bagus dan luar biasa. Saya juga kagum pada Danel dan Kohue yang sangat percaya diri dan luwes sekali dalam menjelaskan pada kami mengenai sekolah mereka. Seolah-olah mereka adalah tour guide professional yang  mengantarkan tamu berkeliling setiap hari. Sekitar jam 13.30 kami berpamitan pada Ray Trotter dan memberikan kenang-kenangan dari Sekolah Alam Cikeas. 




          Dalam perjalanan pulang, Ibu Ningsih mengajak kami mampir ke Supermarket Halal Meat. Di daerah Dandenong memang banyak bermukim orang-orang yang berasal dari Timur Tengah. Kami makan siang di food courtnya yang membayar dengan jumlah tertentu, pelanggan boleh makan sepuasnya.  Makanannya enak, cocok dengan lidah Indonesia kami. Pak Pungky juga menyempatkan membeli daging halal untuk oleh-oleh.

Jalan-jalan ke Melbourne, Australia: Day 6

Hari Ke 5 Jalan-jalan di Melbourne

          Pada hari ke 6 kami pergi ke Queen Victoria Market untuk berbelanja oleh-oleh. Kami naik trem dari St. Kilda Street dan turun di Flinders Station Street, lalu berjalan satu blok ke Elizabet Street. Lalu kami naik trem nomor 19 dan turun tepat di depan Queen Victoria Market. Kios tempat kami mampir, ternyata pramuniaganya orang Indonesia. Kami berbelanja gantungan kunci dan tempat pensil  berhiaskan  boneka-boneka kangguru dan koala. Pasarnya bersih dan rapi. Waktu melihat tempat penjualan daging, tampak daging-dagingnya bagus-bagus dan segar. Kami juga membeli buah-buahan pir, strawberry dan pisang. Saya juga membeli sepatu boots dari kulit yang sangat saya perlukan karena di Melbourne pada akhir Mei ini sangat dingin dan banyak hujan. Memakai sepatu boots akan membantu menghangatkan kaki saya.


 
          Setelah berbelanja, kami kembali naik trem dan kembali ke rumah Bu Etty untuk menyimpan barang-barang kami. Setelah makan siang dan sholat, kami kembali keluar. Tujuan kami siang ini adalah museum Scienceworks yang terletak di Booker Street, Spotswood. Tempat itu lumayan jauh dari pusat kota, sehingga kami harus naik kereta. Kami berjalan kaki ke Flinders Station untuk naik kereta ke arah Werrebee dan turun di stasiun Spotswood. Karena kami sudah punya kartu Myki, kami tidak perlu lagi membeli tiket. Cukup memindai  kartu kami di pintu masuk stasiun. Dan kembali memindai kartu  pada pada saat keluar stasiun. Kami berjalan kaki beberapa blok dalam gerimis, untung saja kami sudah siap sedia payung. 

        
 
 

          Scienceworks adalah museum yang luar biasa menarik. Kami membeli tiket AUS 14 perorang. Di museum ini pengunjung disuguhi materi  tentang science dengan sangat menarik. Ada bagian “Think Ahead” yang mengajak pengunjung berimajinasi tentang keadaan manusia dan kehidupan di masa depan. Di pajang juga benda-benda dari zaman dahulu hingga zaman sekarang, seperti mesin-mesin, alat komunikasi, alat transportasi, dan lain-lain. Juga hal-hal ramah lingkungan yang dapat dilakukan di masa depan. Sebelum museum tutup jam 5, kami meninggalkan museum dan kembali naik kereta dari Spotswood Station menuju Flinders Station. 

Jalan-jalan Ke Melbourne, Australia: Day 5



Hari ke 5 Jalan-jalan di Melbourne

          Hari ke lima kami keluar sudah agak siang, jam 11. Kami berencana ke National Gallery of Victoria (NGV), Australia Center of Moving Image (ACMI) dan Shrine of Remembrance. Kami berjalan kaki ke NGV, karena tempat kami menginap hanya berjarak sekitar 200. Kami masuk melihat-lihat koleksi di galeri ini. Banyak kami temui anak-anak SMP atau SMA yang sedang melakukan excursion (pembelajaran di luar ruang kelas). Masuk ke NGV gratis, tapi kami diharuskan untuk menitipkan tas. 


          Di dekat pintu masuk terpajang sebuah karya seni berjudul Beetle Sphere, yaitu mobil WV beetle yang dibentuk menjadi seperti bola yang merupakan karya seniman Indonesia, yaitu Ichwan Noor. Ikut bangga karya seniman Indonesia dipajang di galeri di Melbourne. 
 


          Selanjutnya kami ke halaman belakang galeri, kami lihat banyak patung-patung karya seniman serta semacam kanopi warna merah muda dan oranye karya bersama John Wardle Architecs. Puas melihat-lihat di halaman belakang, kami lanjut ke lantai 2, melihat-lihat hasil karya seni dari Negara-negara Asia. Di lantai 3, ada pameran Lukisan, salah satunya karya Whisler, Mother. Tapi karena berbayar dan masih ada beberapa tempat lagi yang hendak kami kunjungi, kami memutuskan untuk melewatkan saja pameran lukisan tersebut. 

Sesampai di luar galeri, ternyata sudah mulai gerimis. Kami putuskan untuk naik trem, lalu turun di Swanston Street untuk makan siang di warung Padang Salero kito. Trem yang kami naiki hanya lurus saja dari St. Kilda Street, lokasi NGV, kami hanya melewati beberapa perhentian. Setelah makan siang, kami berjalan kaki ke Federation Square, masuk ke Australia Center of Moving Image, melihat-lihat proses pembuatan film. Karena di luar masih gerimis kami memutuskan untuk masuk ke toko-toko melihat-lihat pakaian.