Sunday, August 28, 2016

Jalan-jalan ke Melbourne, Australia: Day 4



Hari ke 4  Jalan-jalan di Melbourne 

Hari keempat kami berkunjung ke St Lawrence Primary School, di Derrimut, tempat Bu Etty dan Bu Ningsih menjadi assistance teacher for Bahasa Indonesia. Sekolah ini menetapkan Bahasa Indonesia sebagai foreign language yang dipelajari siswa. Program mereka adalah belajar bahasa Indonesia melalui seni. Sekolah ini akan menjadi sister school dari Sekolah Alam Cikeas. Enam bulan sebelumnya, guru seninya, Bu Elissa sudah berkunjung ke Sekolah Alam Cikeas. 

Kami berangkat jam 7 pagi, lalu berjalan kaki ke Flinders Station, naik kereta dan disambung dengan bis untuk sampai di Derrimut. Kami tiba di sekolah itu sebelum jam 08.30. Kami dibawa ke ruang guru dan disambut oleh Ibu Julie, kepala sekolahnya yang sangat karismatik dengan ramah. Ruang guru sangat luas, di sebelah kiri pintu ada panty tempat guru-guru membuat the/kopi, ada microwave, mesin cuci piring. Bu Elissa member kami susunan kegiatan kami hari itu di St Lawrence. Kami minum teh sebentar, lalu kami diajak berkeliling sekolah melihat-lihat  ruangan kelas. Lalu ke kelas prep, yaitu kelas persiapan sebelum ke kelas satu, mengamati mereka belajar. Prosesnya sama dengan kebiasaan di Sekolah Alam Cikeas, pada saat mereka membahas suatu topic, guru duduk di bangku yang agak tinggi, siswa berkumpul duduk di lantai menghadap ke guru. Pada saat mereka mengerjakan tugas, mereka berkelompok ke mejanya kelompoknya masing-masing. 


Pada jam 09.30, istirahat pertama, semua guru dan kepala sekolah kembali berkumpul di ruang guru dan mengadakan penyambutan secara resmi kepada kami. Sudah terhidang kue-kue di meja pantry. Ibu Julie kepala sekolah memberi sambutan singkat dan memperkenalkan kami pada semua guru, memberi kami bingkisan yang isinya buku-buku. Pada kesempatan itu kami juga menyerahkan bingkisan kenang-kenangan yang kami bawa dari Indonesia. 


Setelah selesai istirahat pertama kami bertemu dengan kelas 4, kelas 6 dan penanggung jawab lingkungan. Kelas 4 dan 6 mewawancarai kami dalam bahasa Indonesia. Penanggung jawab lingkungan, yaitu Ibu Maria yang juga pustakawati, bersama tiga siswa, membawa kami berkeliling melihat tanaman yang sudah mereka tanam dan kompos yang mereka buat. Ibu Maria mendapatkan tanaman dan pupuk dari perusahaan-perusahaan produsen tanaman dan kompos. Ibu Maria mengirim mereka surat permohonan dan mereka memberi tanaman dan pupuk dengan gratis. Tanaman yang dipilih untuk ditanam adalah tanaman asli Australia yang tidak perlu perawatan sama sekali. 
 
Jam 12.30 guru-guru kembali berkumpul di ruang guru untuk makan siang. Namun ada dua guru yang bertugas piket menjaga anak-anak yang bermain, mereka akan beristirahat makan siang setelah ada dua  guru yang istirahatnya lebih singkat, yang akan menggantikan mereka. 

Setelah makan siang kami berdiskusi dengan penanggung jawab IT di sekolah tersebut yang menjelaskan tentang aplikasi yang mereka gunakan untuk alat bantu para siswa belajar dan sebagai alat komunikasi guru, siswa dan orang tua. Setiap siswa di sekolah itu menggunakan tablet. Kelas 4,5,6 tiap siswa mendapat tablet, namun kelas prep, 1,2 dan 3 mendapat satu tablet untuk sekelompok anak. 


Jadwal kami selanjutnya adalah mengunjungi perpustakaan. Ibu Maria, pustakawatinya tampak sibuk melayani anak-anak. Kami melihat-lihat sebentar, namun tak lama kemudian Ibu Julie, kepala sekolah mendatangi kami di perpustakaan dan menanyakan pada kami kami apakah kami ingin berbincang-bincang dengan Ibu Julie. Kami putuskan untuk menyudahi kunjungan kami ke perpustakaan dan berjalan menuju kantor kepala sekolah untuk berbincang-bincang dengan Ibu Julie.  Ibu Julie sangat baik bersedia menjelaskan bagaimana caranya mengelola sekolah ini dan berbicara agak perlahan karena menyadari kami bukan penutur asli bahasa Inggris. Tak terasa kami sudah berbincang-bincang dengan Ibu Julie selama 1,5 jam dan waktu sudah menunjukkan jam 15.30. Sudah waktunya kami pulang, kebetulan Ibu Julie juga harus menemui tamu, dan guru-guru juga ada rapat. 

Ibu Ningsih mengajak kami mampir ke rumahnya langsung dari sekolah. Dengan mobil Bu Ningsih kami menuju rumahnya. Lalu Bu Ningsih mengajak kami untuk mampir ke K-Mart, super market atau tempat belanja yang relatif murah di Australia. Setelah belanja beberapa baju hangat dan mainan untuk oleh –oleh bagi Sekolah Alam Cikeas, kami lanjut ke rumah Bu Ningsih. Hari sudah gelap pada saat kami tiba. Bu Ningsih ada penggiat dan pelestari budaya dan kesenian Indonesia di Melbourne. Interior rumahnya dipenuhi oleh barang-barang kerajian dari Indonesia, bahkan kursi ruang tamu dan ruang makannya berupa kursi kayu dengan ukiran khas Indonesia. Di rumahnya Bu Ningsih melatih anak-anak menari dan bermain musik tradisional Indonesia pada setiap hari Sabtu. Mereka tampil di depan publik saat ada festival-festival atau acara di kedutaan Indonesia. 

Bu Ningsih menghidangkan kami lamb chop goreng dan daging kangguru yang juga digoreng. Kami makan dengan rebusan sayur dan sambel. Rasanya seperti berada di Indonesia.

No comments:

Post a Comment