Sunday, August 28, 2016

Jalan-jalan ke Melbourne, Australia: Day 7



Hari ke 7 Jalan-jalan di Melbourne

          Di hari ke 7, hari Jum’at kami mengunjungi sekolah SD yang sangat unik di Melbourne. Nama sekolahnya Woorana Park Primary School yang terletak di North Dandenong. Kami diantar oleh Ibu Ningsih dengan mobilnya. Kami sampai di sekolah itu sekitar jam 10.30 Setelah memarkir kendaraan, kami masuk menuju lobby. Di lobby terpampang sebuah boneka raksasa, yang tingginya kira-kira 3 meter,  berbentuk tubuh bayi yang berdiri dan tersenyum. Setelah kami mendekat, barulah kami dapat mengenali bahwa boneka itu terbuat dari botol minuman yang diwarnai, digunting-gunting, bagian tutupnya dipasang foto anak-anak yang mungkin mewarnai botol-botol tersebut. Sangat menarik!.
 

          Setelah puas mengamati boneka tersebut, kami bertanya ke resepsionis, dan menyampaikan bahwa kami sudah berjanji bertemu dengan Ray Trotter, kepala sekolahnya. Tak begitu lama menunggu, Ray datang menyambut kami dan mengajak kami bergabung dengan dua kelompok tamu lainnya yang sudah datang terlebih dahulu. Lalu Ray menyalakan proyektor dan menjelaskan ke kami tentang sekolah Woorana Park Primary School. Lalu Ray menyajikan teh dan biskuit. Ray sendiri yang mengambilkan gelas untuk kami. 





          Berikutnya kami berkeliling sekolah ditemani oleh dua orang siswa kelas 6, perempuan bernama Kohoe dan siswa kelas 5, anak laki-laki bernama Daniel. Kohoe adalah School captain, dan Daniel bercita-cita untuk menjadi School captain di tahun depan. Ruang-ruang kelas di Woorana sama sekali tidak seperti ruang kelas di Indonesia pada umumnya. Petama kami diajak melihat ruang kelas 6 yang menjadi ruang kelas Kohoe. Tidak ada dinding dan pintu yang membatasi ruangan tersebut dengan lorong. Di tengah kelas ada sofa berbentuk setengah lingkaran berwarna merah dengan banyak bangku-bangku berbentuk lingkaran. Ada beberapa meja yang disusun dengan kursinya. Ada sofa yang kelihatan nyaman di sudut ruangan. Ada lantai kelas yang lebih tinggi dua tangga  dengan dua meja juga tersusun di atasnya. Ada loker siswa. Ada poster yang dipajang yang merupakan instruksi dari  guru, yaitu tugas menulis narasi dengan petujuk langkah-langkah yang harus dilakukan siswa. Kami diajak melihat-lihat perpustakaan, ruang kelas 3 dan 4 yang ada perahu naga di dalamnya, ruang kelas 5 yang ada space ship, ruang kelas 1 yang ada bioskop mininya. Di sepanjang dinding-dinding yang kami lewati terpampang hasil prakarya dan pembelajaran siswa yang besar-besar juga dipajang nilai-nilai yang ditanamkan ke siswa pada setiap level.  Daniel dan dan Kohue juga mengajak kami melihat-lihat Green lab mereka, dengan koleksi tanaman dan binatang peliharaan mereka. 

 
 
        
          Sekolah ini luar biasa. Saya merasa seperti anak kecil yang dibawa ke toko mainan, bingung dan senang, karena semua yang saya lihat bagus dan luar biasa. Saya juga kagum pada Danel dan Kohue yang sangat percaya diri dan luwes sekali dalam menjelaskan pada kami mengenai sekolah mereka. Seolah-olah mereka adalah tour guide professional yang  mengantarkan tamu berkeliling setiap hari. Sekitar jam 13.30 kami berpamitan pada Ray Trotter dan memberikan kenang-kenangan dari Sekolah Alam Cikeas. 




          Dalam perjalanan pulang, Ibu Ningsih mengajak kami mampir ke Supermarket Halal Meat. Di daerah Dandenong memang banyak bermukim orang-orang yang berasal dari Timur Tengah. Kami makan siang di food courtnya yang membayar dengan jumlah tertentu, pelanggan boleh makan sepuasnya.  Makanannya enak, cocok dengan lidah Indonesia kami. Pak Pungky juga menyempatkan membeli daging halal untuk oleh-oleh.

No comments:

Post a Comment