Hari ke 7 Jalan-jalan di Melbourne
Di hari ke 7, hari Jum’at kami
mengunjungi sekolah SD yang sangat unik di Melbourne. Nama sekolahnya Woorana
Park Primary School yang terletak di North Dandenong. Kami diantar oleh Ibu
Ningsih dengan mobilnya. Kami sampai di sekolah itu sekitar jam 10.30 Setelah
memarkir kendaraan, kami masuk menuju lobby. Di lobby terpampang sebuah boneka
raksasa, yang tingginya kira-kira 3 meter,
berbentuk tubuh bayi yang berdiri dan tersenyum. Setelah kami mendekat,
barulah kami dapat mengenali bahwa boneka itu terbuat dari botol minuman yang
diwarnai, digunting-gunting, bagian tutupnya dipasang foto anak-anak yang
mungkin mewarnai botol-botol tersebut. Sangat menarik!.
Setelah puas mengamati boneka
tersebut, kami bertanya ke resepsionis, dan menyampaikan bahwa kami sudah
berjanji bertemu dengan Ray Trotter, kepala sekolahnya. Tak begitu lama
menunggu, Ray datang menyambut kami dan mengajak kami bergabung dengan dua
kelompok tamu lainnya yang sudah datang terlebih dahulu. Lalu Ray menyalakan
proyektor dan menjelaskan ke kami tentang sekolah Woorana Park Primary School.
Lalu Ray menyajikan teh dan biskuit. Ray sendiri yang mengambilkan gelas untuk
kami.
Berikutnya kami berkeliling
sekolah ditemani oleh dua orang siswa kelas 6, perempuan bernama Kohoe dan
siswa kelas 5, anak laki-laki bernama Daniel. Kohoe adalah School captain, dan
Daniel bercita-cita untuk menjadi School captain di tahun depan. Ruang-ruang
kelas di Woorana sama sekali tidak seperti ruang kelas di Indonesia pada
umumnya. Petama kami diajak melihat ruang kelas 6 yang menjadi ruang kelas
Kohoe. Tidak ada dinding dan pintu yang membatasi ruangan tersebut dengan
lorong. Di tengah kelas ada sofa berbentuk setengah lingkaran berwarna merah
dengan banyak bangku-bangku berbentuk lingkaran. Ada beberapa meja yang disusun
dengan kursinya. Ada sofa yang kelihatan nyaman di sudut ruangan. Ada lantai
kelas yang lebih tinggi dua tangga
dengan dua meja juga tersusun di atasnya. Ada loker siswa. Ada poster
yang dipajang yang merupakan instruksi dari
guru, yaitu tugas menulis narasi dengan petujuk langkah-langkah yang
harus dilakukan siswa. Kami diajak melihat-lihat perpustakaan, ruang kelas 3
dan 4 yang ada perahu naga di dalamnya, ruang kelas 5 yang ada space ship, ruang kelas 1 yang ada
bioskop mininya. Di sepanjang dinding-dinding yang kami lewati terpampang hasil
prakarya dan pembelajaran siswa yang besar-besar juga dipajang nilai-nilai yang
ditanamkan ke siswa pada setiap level.
Daniel dan dan Kohue juga mengajak kami melihat-lihat Green lab mereka, dengan
koleksi tanaman dan binatang peliharaan mereka.
Sekolah ini luar biasa. Saya
merasa seperti anak kecil yang dibawa ke toko mainan, bingung dan senang,
karena semua yang saya lihat bagus dan luar biasa. Saya juga kagum pada Danel
dan Kohue yang sangat percaya diri dan luwes sekali dalam menjelaskan pada kami
mengenai sekolah mereka. Seolah-olah mereka adalah tour guide professional
yang mengantarkan tamu berkeliling setiap
hari. Sekitar jam 13.30 kami berpamitan pada Ray Trotter dan memberikan
kenang-kenangan dari Sekolah Alam Cikeas.
Dalam perjalanan pulang, Ibu
Ningsih mengajak kami mampir ke Supermarket Halal Meat. Di daerah Dandenong
memang banyak bermukim orang-orang yang berasal dari Timur Tengah. Kami makan
siang di food courtnya yang membayar dengan jumlah tertentu, pelanggan boleh
makan sepuasnya. Makanannya enak, cocok
dengan lidah Indonesia kami. Pak Pungky juga menyempatkan membeli daging halal
untuk oleh-oleh.
No comments:
Post a Comment