Hari Keberangkatan Dan Hari Pertama di Melbourne
Kami berangkat dari rumah masing-masing menggunakan
bis ke bandara, kami berjanji bertemu di bandara Sukarno Hatta jam 13.00 karena
penerbangan kami jam 15.10. Sebelum jam 12.00 saya sudah sampai di Bandara,
saya langsung makan siang di salah satu restoran fast food. Tak lama kemudian
Pak Pungky menyusul. Setelah bergantian sholat Dzuhur yang sekalian dijamak
dengan Ashar, kami langsung menuju gate keberangkatan. Kami transit di bandara
Changi, Singapura selama 3 jam yang kami manfaatkan untuk makan malam, sholat
Magrib-Isya dan foto-foto di tempat yang menarik di bandara Changi.
Jam 09.00 waktu Singapura,
pesawat kami terbang menuju Melbourne. Setelah kurang lebih 7 jam penerbangan
kami mendarat di Bandara Tullamarine jam 06.30 waktu setempat. Waktu Melbourne
2 jam lebih awal dari waktu Singapura dan 3 jam lebih awal dari Waktu Indonesia
Barat.
Kami sedikit deg-degan waktu di
Immigrasi karena kami lumayan banyak membawa makanan, membawa obat-obatan
karena Pak Pungky terkena batuk dan flu sebelum berangkat dan juga obat-obatan
untuk Bu Etty yang juga baru terkena flu, serta patung-patung kayu sebagai
oleh-oleh. Sebelumnya kami sudah dapat informasi bahwa sebaiknya tidak membawa
makanan yang terbuat dari daging atau ikan. Tapi semuanya berjalan dengan baik,
kami melewati imigrasi dengan lancar. Di bandara kami putuskan untuk sarapan
dulu di bandara. Kami sarapan di Vila café dan memesan roti dan minuman hangat.
Dinginnya udara Melbourne sudah mulai terasa.
Sebenarnya ada transportasi umum
untuk ke pusat kota Melbourne yang biasa disebut City, yaitu Sky Bus yang tarifnya
AUD 18 per orang. Tapi agar lebih mudah kami memutuskan untuk naik taxi saja ke
rumah Bu Etty tempat kami menginap. Kami membayar sekitar 65 dolar Australia
untuk sampai di Kavanagh Street, tempat tinggal Bu Etty.
Udara Melbourne terasa sangat
dingin di akhir bulan Mei. Kami langsung membuat minuman hangat, minuman jahe
yang kami bawa dari Jakarta. Pak Kholid, kepala Sekolah SMP Sekolah Alam Cikeas
yang baru pulang dari Jepang yang mengingatkan saya untuk membawa minuman jahe
sachet untuk penghilang dingin. Setelah minum dan makan sedikit, kami
beristirahat dulu, karena kami berencana untuk keluar untuk makan siang.
Jam 12 siang kami keluar dari
rumah Bu Etty yang hanya berjarak 100 meter dari Art Center Melbourne menuju
Flinder Station. Kami masuk dari pintu belakang Art Center dan dan keluar dari
pintu depannya, dan tiba-tiba sudah sampai di jembatan yang membelah sungai
Yarra. Kami berjalan ke Flinder Station dan menuju booth yang menjual kartu MYKI, kartu yang akan kami gunakan sabagai
alat bayar transportasi, yaitu trem dan kereta di kota Melbourne. Karena kami
akan menghabiskan waktu selama seminggu di Melbourne, kami membeli kartu yang
masa pakainya 7 hari seharga AUD 39.
Dari Flinders Station kami menyeberang
ke Visitor Center yang berlokasi di halaman Federation Square. Kami menuruni
tangga ke basement, dan terdapat ratusan macam brosur. Saya pikir Melbourne
adalah kota yang paling banyak memiliki brosur. Saya pilih-pilih brosur yang
kira-kira menarik dan peta kota Melbourne. Ada juga petugas yang siap menjawab
kalau kita mau bertanya.
Setelah merasa cukup mendapatkan
brosur yang menurut kami berguna, kami menyeberangi Flinders Street menuju ke
Swanston Street. Di pojok antara Flinders Street dan Swanston Street terdapat
St Paul Catedral. Dari depan katedral ini kami berfoto dengan latar belakang
Flinders Station yang desain fasadnya desain Victoria dan cat warna peach.
Lalu kami lanjutkan berjalan kaki di sepanjang Swanston Street, sampai
kami bertemu restoran Indonesia, Nelayan. Kami makan siang di Nelayan yang
porsinya sangat besar. Ada berbagai macam makanan khas Indonesia, saya pilih
menu sambal goreng hati, capcai dan rendang. Di pojong ruangan tersedia meja
dengan gelas yang sudah dan teko air panas, yang disediakan gratis untuk
pengunjung. Kami juga membungkus lauk untuk makan malam.
Selesai makan kami menyusuri lagi
Swanston Street menuju ke State Library of Victoria. Arsitektur perpustakaan ini
juga bergaya Victoria. Di halamannya ramai orang melakukan berbagai aktifitas.
Ada sekelompok orang yang berjoget-joget dengan musik yang mereka dengarkan
melalui earphone. Lalu ada lagi sekelompok orang keturunan Vietnam yang sedang
berunjuk rasa dengan menyanyikan lagu-lagu Vietnam. Mereka memprotes China agar
berhenti meracuni laut Vietnam. Ada juga orang yang hanya duduk-duduk
mengobrol, memperhatikan tingkah laku burung-burung merpati yang jinak, ada
juga yang sedang bermain catur raksasa yang ada di dekat pintu masuk
perpustakaan. Ada dua catur raksasa di depan pintu masuk yang papannya
merupakan lantai tembok di halaman yang dicat hitam dan putih. Banyak juga
orang yang berdiri menonton permainan catur tersebut.
Kami masuk ke perpustakaan. Yang
menarik bagi saya di lantai satu adalah display di dinding dengan tulisan “What
is your story”, yang mengajak para pengunjung untuk menulis cerita di kertas
yang tersedia untuk menjadi koleksi perputakaan. Lalu kami ke lantai 5 melihat
pameran. Pemandangan dari lantai 5 ke area tengah di lantai 1 sungguh
menakjupkan. Ruangan lantai bawah Nampak dengan bentuk segi delapan, dan kursi
dan meja tempat orang membaca buku disusun dari tengah ke delapan sudut.
Setelah puas berkeliling kami
turun, dan kami lihat di halaman komunitas Vietnam tadi, yang berjumlah sekitar
20 orang berunjuk rasa dengan tiduran di halaman memegang beberapa poster. Ada
seorang wartawan yang meliput mereka. Setelah duduk-duduk sebentar di halaman,
menjelang magrib kami naik trem ke Flinders Station, lalu berjalan kaki
melewati Art Center ke Kavanagh Street, rumah Bu Etty.
Malam harinya saya sangat kedinginan,
untung saja Bu Etty sangat baik hati dan meminjamkan celana panjang dan sweater
yang hangat yang terbuat dari woll. Celana panjang dan baju lengan panjang yang
saya bawa dari Indonesia tidak mampu melawan dinginnya Melbourne. Walaupun kami
datang di akhir musim gugur, belum masuk musim dingin, namun bagi saya yang
biasa tinggal di daerah panas, merasakan udara Melbourne sangat dingin. Saya
selalu minum air panas untuk menghangatkan badan.
No comments:
Post a Comment